SYI’IR ARAB DALAM PRESPEKTIF SEJARAH

  • Ida Latifatul Umroh Universitas Islam Darul Ulum Lamongan
Keywords: syi’ir, sejarah, bangsa Arab

Abstract

Sejarah mencacat, bahwa bersyi’ir sudah menjadi kebiasaan masyarakat Arab jahily, bagi mereka syi’ir adalah tanda keluhuran. Seseorang dikatakan terhormat, berpendidikan, dan bijaksana jika ia pandai menggubah syi’ir. Kebiasaan bersyi’ir tidak berhenti pada masa itu saja, tetapi terus berlanjut sampai Islam datang. Islam datang dengan al-Qur’an yang bahasanya tidak terkalahkan oleh karya sastra manapun, sehingga masyarakan Arab merasa tersaingi dan mereka tertantang untuk membuat karya yang lebih indah dari al-Qur’an. Sekeras apapun usaha yang mereka lakukan untuk menyaingi al-Qur’an, tidak akan bisa hal itu terjadi, karna al-Qur’an bukan hasil karya manusia tapi wahyu dari Allah. Dan pada masa selanjutnya perhatian masyarakat terhadap syi’ir mulai berkurang, hal tersebut disebabkan umat Islam lebih memperhatikan penyebaran agama Islam dan ilmu pengetahuan, sehingga tidak banyak masyarakat Arab menggubah syi’ir seperti yang dilakukan pada masa jahily. Sedangkan syi’ir pada masa modern bentuk dan isinya terpengaruh dari Barat. Tidak itu saja, ia juga mulai tersaingi dengan karya sastra lain yang berasal dari Barat.

Downloads

Download data is not yet available.
Published
2016-10-20
How to Cite
Umroh, I. (2016). SYI’IR ARAB DALAM PRESPEKTIF SEJARAH. Dar El-Ilmi : Jurnal Studi Keagamaan, Pendidikan Dan Humaniora, 3(2), 148-165. Retrieved from https://e-jurnal.unisda.ac.id/index.php/dar/article/view/1200
Section
Articles