PERSEPSI PETANI KOPI TERHADAP PEMBERDAYAAN OLEH KOMUNITAS ASSALWA RESOURCE CENTER (KASUS DI DESA TOMBO KECAMATAN BANDAR KABUPATEN BATANG)
Abstract
ABSTRAK
Konsumsi kopi di Indonesia terus meningkat, sehingga harus diimbangi dengan produksi yang meningkat pula. Peningkatan produksi kopi dapat dicapai dengan melakukan pemberdayaan. Keberhasilan pemberdayaan salah satunya ditentukan oleh persepsi petani. Di Desa Tombo Kecamatan Bandar Kabupaten Batang terdapat pemberdayaan petani kopi yang dilakukan oleh komunitas Assalwa Resource Center (ARC). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui persepsi petani kopi dan melihat hubungan antara faktor pembentuk persepsi dengan persepsi petani kopi terhadap pemberdayaan oleh komunitas ARC. Metode penelitian menggunakan metode deskriptif analitis dengan pendekatan kuantitatif. Pemilihan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja atau purposive. Teknik nonprobability sampling digunakan untuk menentukan sampel penelitian. Uji korelasi rank spearman digunakan sebagai metode untuk menganalisis data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi petani terhadap pemberdayaan yang dilakukan oleh komunitas Assalwa Resource Center dalam kategori baik. Adanya hubungan yang signifikan antara faktor umur serta pengalaman dengan persepsi petani kopi. Faktor pendidikan formal, pendapatan dan jumlah tanggungan keluarga memiliki hubungan yang tidak signifikan dengan persepsi petani kopi terhadap pemberdayaan oleh komunitas Assalwa Resource Center.
Kata kunci : Pemberdayaan, Persepsi, Tombo
ABSTRACT
Coffee consumption in Indonesia continues to increase, so it must be balanced with increased production as well. Increased coffee production can be achieved by empowering. One of the successes of empowerment is determined by the perception of farmers. In Tombo Village, Bandar District, Batang Regency there is an empowerment of coffee farmers carried out by the Assalwa Resource Center (ARC) community. The purpose of this study was to examine the perceptions of coffee farmers’ and see whether there is a relationship between perception-forming factors and coffee farmers’ perception of empowerment by the ARC community. The research method uses a descriptive analytical method with a quantitive approach. The selection of research locations was determined intentionally or purposively. Nonprobabily sampling technique is used to determine the researce sample. Spearman’s rank corellation test was used as a data analysis method. The results showed that the farmers’ perception of the empowerment carried out by the Assalwa Resource Center Community were in the good category. There is a significant relationship between age and experience with the perceptions of coffee farmers. Formal education, income and number of family dependents have no significant relationship with coffee farmers’ perception of empowerment by the Assalwa Resource Center community.
Key words: Empowerment, Perception, Tombo
Downloads
References
Arif, T. M., Somaji, R. P., & Viphindrartin, S. (2018). Analisis kelembagaan hulu industri tape di Desa Sumber Tengah Kecamatan Binakal Kabupaten Bondowoso. Jurnal Ekuilibrium, 2(2), 40–51.
Arikunto, S. (2005). Manajemen penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Burano, R. S., & Siska, T. Y. (2019). Pengaruh karakteristik petani dengan pendapatan petani padi sawah. Menara Ilmu, XIII(10), 68–74.
Desiana, N., & Aprianingsih, A. (2017). Improving income through farmers ’ group empowerment strategy. The Asian Journal of Technology Management, 10(1), 41–47.
Erfit. (2011). Pemberdayaan petani dengan kemitraan pada agribisnis hortikulturan (studi kasus pada beberapa sentra produksi hortikultura di Sumatera). Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Humaniora, 13(1), 47–58.
Hasyim, H. (2006). Analisis hubungan karakteristik petani kopi terhadap pendapatan (studi kasus: Desa dolok Saribu Kecamatan Paguran Kabupaten Tapanuli Utara. Jurnal Komunikasi Penelitian, 1.
Krisnawati, Purnaningsih, N., & Angsari, P. (2013). Persepsi petani terhadap peranan penyuluhan pertanian di Desa Sidomulyo dan Muari, Distrik Oransbari, Kabupaten Manokwari Selatan. Sosio Konsepia, 3(1), 301–312.
Lastiantoro, C. Y. (2020). Faktor individu yang mempengaruhi persepsi petani terhadap sistem usahataninya pada lahan rehabilitasi TN Meru Betiri. JPPDAS, 4(2), 137–154.
Masria, Golar, & Ihsan, M. (2015). Persepsi dan sikap masyarakat lokal terhadap hutan di Desa Labuan Toposo Kecamatan Labuan Kabupaten Donggala. Warta Rimba, 3(2), 57–64.
Mulyana, D. (2010). Ilmu komunikasi suatu pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Prastowo, B., Karmawati, E., Rubijo, Siswanto, Indrawanto, C., & Munarso, S. J. (2010). Budidaya dan pasca panen kopi. Pusat Penelitian dan pengembangan Perkebunan.
Robiyan, R., Hasanuddin, T., & Yanfika, H. (2014). Persepsi petani terhadap program SL-PHT dalam meningkatkan produktivitas dan pendapatan usahatani kakao (Studi Kasus Petani Kakao di Desa Sukoharjo 1 Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu). JIIA, 2(3), 301–308.
Soekartawi. (1988). Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. Jakarta: Universitas Indonesia.
Sudjarmoko, B. (2013). Prospek pengembangan industrialisasi kopi indonesia. Sirinov, 1(3), 99–110.
Sunanto, Salim, & Rauf, A. W. (2019). Analisis kesepakatan peningkatan produktivitas kopi arabika pada pengembangan kawasan Di Kabupaten Toraja Utara. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian, 15(1), 42–55.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.