MEMAHAMI BAHASA TAMSIL DALAM AL-QUR’AN
Abstract
Betapa banyak makna indah dalam kandungan Al-Qur’an diungkapkan dengan bahasa tamsil, maka bahasa tamsil dalam Al-Qur’an semakin menambah keindahan dan keelokan makna yang dimaksud. Hal itu dapat mendorong jiwa seseorang semakin bisa menerima kandungan Al-Qur’an dan akal tergerak dapat mencerna ungkapan ini. Bahasa tamsil menjadi salah satu gaya bahasa (uslub) Al-Qur’an ketika ia mengungkapkan makna serta menampilkan segi-segi kemu’jizatannya. Apalagi beberapa hadis Rasulullah telah mendorong umat Islam untuk mengkaji bahasa tamsil dalam Al-Qur’an. Atas dasar itu maka makalah ini akan merumuskan kajian mengenai: (1) bagaimana pengertian bahasa tamsil atau amtsal Al-Qur’an; (2) bagaimana macam-macamnya atau wujudnya dalam Al-Qur’an; (3) bagaimana manfaat bahasa tamsil dalam Al-Qur’an; (4) bagaimana sikap ulama dalam merespon bahasa tamsil dalam Al-Qur’an; serta (5) bagaimana cara memahami ayat Al-Qur’an yang ber-uslub bahasa tamsil. Untuk mendapatkan jawaban dari beberapa masalah di atas, tulisan ini disajikan menggunakan metode deskriptif-analitik. Penyajian data dilakukan secara deskriptif lalu dilakukan analisis, kemudian diakhiri dengan penyimpulan. Dari berbagai pemaparan mengenai persoalan ini dapat disarikan beberapa hal yang menjadi kesimpulan dari makalah ini, antara lain: (1) Bahasa tamsil atau kalam matsal adalah majaz murakkab yang relevansi (‘alaqah) ungkapannya bersifat penyerupaan (متشابهة). Dalam definisi lain dinyatakan bahwa amtsal Al-Qur’an adalah menghadirkan makna dalam suatu konsepsi yang indah, struktur kalimatnya pendek, maknanya lebih mengena pada jiwa seseorang, baik ungkapan tersebut berjenis tasybih atau non-tasybih; (2).Macam-macam bahasa tamsil dalam Al-Qur’an antara lain: (a) al-tasybih al-sharih; (b) al-tasybih al-dhimni; dan (c) tamsil non-tasybih atau non-isti’arah. Sedangkan Manna’ Khalil al-Qattan menggunakan istilah lain yaitu: (a) al-amtsal al-musharrihah; (b) al-amtsal al-kaminah; dan (c) al-amtsal al-mursalah. (3).Manfaat bahasa tamsil dalam Al-Qur’an, antara lain: (a) dapat mengungkapkan sesuatu yang bersifat imajinatif dengan sesuatu yang bersifat empiris; (b) menghadirkan makna yang indah dengan bahasa singkat; (c) memotivasi prilaku baik dan mencegah prilaku buruk; (d) memuji orang berprilaku baik dan mencaci prilaku buruk; dan (e) dapat menyampaikan pesan Al-Qur’an lebih mengena; (4).Terdapat sikap pro dan kontra di kalangan ulama terkait redaksi ayat Al-Qur’an dikategorikan sebagai bahasa tamsil. Bagi yang kontra berpendapat bahwa mengkategorikan ayat Al-Qur’an sebagai bahasa tamsil akan merendahkan derajat Al-Qur’an, namun bagi yang pro menyatakan bahwa bahasa tamsil dalam redaksi ayat Al-Qur’an menambah kemu’jizatan Al-Qur’an itu sendiri di bidang sastera dengan tanpa merendahkannya; dan (5).Memahami bahasa tamsil yang berjenis al-tasybih al-sharih dapat dilakukan dengan cara memilah unsur-unsur tasybih-nya, sedangkan tamsil yang ber-jenis al-tasybih al-dhimni dapat dipahami dengan cara menaksir unsur-unsurnya karena tasybih jenis ini tidak tampak di permukaan sebagaimana tasybih pada umumnya. Adapun bahasa tamsil yang berjenis non-tasybih, non-isti’arah atau al-amtsal al-mursalah dapat dilakukan dengan cara memahami kandungan ayat melalui nalar logika yang benar, lalu menyimpulkannya, yang hasil kesimpulan tersebut menjadi ibrah bagi kehidupan.
Downloads
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.