MEMAHAMI BAHASA AL-QUR’AN DALAM PERSPEKTIF AL-NASIKH WA AL-MANSUKH

  • Khotimah Suryani Universitas Islam Darul 'Ulum Lamongan
Keywords: bahasa Al-Qur’an, al-naskh (al-nasikh dan al-mansukh).

Abstract

Dalam memahami Al-Qur’an, seorang mufassir tidak bisa lepas dari ilmu al-naskh yang keberadaan ilmu ini terbagi menjadi al-nasikh dan al-mansukh. Al-Qur’an yang diturunkan Allah melalui jibril secara bertahap menjadi petunjuk bahwa ketentuan hukum Allah itu diturunkan secara bertahap pula. Bila dalam masalah tertentu Allah menurunkan beberapa ayat yang turunnya tidak sekaligus bersamaan maka sesungguhnya hal itu menunjukkan ada hikmah di balik turunnya ayat itu, yaitu adanya gradasi ketentuan hukum yang tidak bisa disyari’atkan secara tiba-tiba dalam waktu sekaligus. Hal itu misalnya ketentuan haramnya khamr melalui beberapa fase. Khamr saat itu menjadi bagian penting dalam kehidupan manusia. Mereka menikmati khamr layaknya menikmati air minum. Oleh karena itu tidak mungkin Allah melarang konsumsi khamr secara tiba-tiba namun larangan ini akan berproses secara bertahap (gradual) menyesuaikan keadaan dan kesiapan umat di masa Nabi untuk bisa menerimanya. Dengan demikian, memahami Al-Qur’an tidak bisa dilepaskan dari kontek tahapan (gradasi) seperti ini, yang itu semua tercermin dalam al-nasikh wa al-mansukh.           

Dengan mencermati problematika dan urgensitas al-naskh di atas maka makalah ini akan merumuskan kajian mengenai: (1) bagaimana pengertian al-naskh; (2) bagaimana keberadaan al-naskh dalam Al-Qur’an; (3) apa saja macam-macam al-naskh dalam Al-Qur’an; serta (4) bagaimana cara memahami bahasa Al-Qur’an dengan perangkat al-naskh. Untuk mendapatkan jawaban dari beberapa masalah di atas, tulisan ini disajikan menggunakan metode deskriptif-analitik. Penyajian data dilakukan secara deskriptif lalu dilakukan analisis, kemudian diakhiri dengan penyimpulan.

Hasil pembahasan dalam penelitian ini dapat disimpulkan beberapa hal berikut: (1) al-naskh ialah penghapusan ketentuan hukum syara’ tertentu yang dalilnya datang lebih dahulu kemudian dihapus dengan  dalil syara’ yang datang kemudian dalam persoalan yang sama; (2) Posisi al-naskh dalam berbagai surah dalam Al-Qur’an itu beragam  yaitu; [a] surah yang tidak mengandung ayat nasikh dan mansukh; [b] surah yang hanya mengandung ayat nasikh saja; [c] surah yang hanya mengandung ayat mansukh saja; dan [d] surah yang mengandung ayat nasikh dan mansukh sekaligus; (3) Macam-macam ayat al-naskh dalam Al-Qur’an; [a] ayat yang dinasakh hanya tilawahnya saja namun ketentuan hukumnya masih ada; [b] ayat yang dinasakh hanya ketentuan hukumnya saja tetapi tilawahnya masih ada; [c] ayat yang dinasakh dua-duanya, baik tilawahnya maupun ketentuan hukumnya; dan (4) Cara memahami bahasa Al-Qur’an dalam perspektif al-nasikh dan al-mansukh dapat dilakukan sebagai berikut; [a] pemahaman ayat Al-Qur’an dilakukan dengan cara memahami hadis ahad yang menjadi nasikh-nya; [b] pemahaman ayat-ayat makkiyyah tergantung ayat-ayat madaniyyah yang menjadi nasikh-nya; [c] pemahaman ayat Al-Qur’an dapat dilakukan secara berlapis; [d] Ayat Al-Qur’an dapat dipahami setelah mengerti makna hadis mutawatir yang menjadi nasikh-nya; [e] memahami ayat hanya didasarkan pada kurun waktu masa lalu hingga datangnya ayat lain yang menjadi nasikh-nya; dan [f) memahami perintah ayat sesuai tahapan sebab yang menjadi illat perintah tersebut.           

Downloads

Download data is not yet available.
Published
2020-10-23
How to Cite
Suryani, K. (2020). MEMAHAMI BAHASA AL-QUR’AN DALAM PERSPEKTIF AL-NASIKH WA AL-MANSUKH. Dar El-Ilmi : Jurnal Studi Keagamaan, Pendidikan Dan Humaniora, 7(2), 171-198. https://doi.org/https://doi.org/10.52166/dar%20el-ilmi.v7i2.2317
Section
Articles

Most read articles by the same author(s)